Matahari hari mulai terbenam di ufuk barat ketika Jamaluddin Rohani, yang lebih akrab dipanggil Rohani, baru saja bangun dari tidurnya. Dengan mata masih mengantuk, Rohani berusaha bangun dan mengambil handuk yang kemudian dililitkan dipinggangnya. Kemudian dia berjalan menuju sungai, yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumahnya.
Anak Pak Kades Pemuda berusia 16 tahun, berwajah ganteng dan bertubuh atletis ini berjalan melintasi persawahan sambil bernyanyi kecil. Rohani adalah figur pemuda kampung yang supel, ramah dan pintar bergaul. Ayahnya Pak Brata adalah seorang petani yang cukup berhasil. Pak Brata memiliki tiga orang istri. Rohani anak satu-satunya dari isteri ketiga Pak Brata. Ibunya bernama Ani, biasa dipanggil Bu Ani, seorang penjual kue dipasar yang letaknya tidak begitu jauh dari kampungnya.
Menurut cerita orang-orang kampung, Rohani bukanlah anak kandung Pak Brata. Ibunya sudah hamil tiga bulan ketika dikawin Pak Brata. Ibunya dihamili majikannya sewaktu ibunya masih menjadi TKW di Arab. Makanya, wajah Rohani mirip dengan orang Arab. Singkat cerita, Rohani sudah hampir sampai disungai. Sore ini, Rohani merasakan ada sesuatu yang lain dari biasanya. Dimana sungai tempatnya mandi, biasanya ramai. Tumben hari ini sepi sekali. Oh, mungkin aku bangun kesorean, pikir Rohani dalam hati. Sambil melanjutkan langkahnya berjalan. Rohani dikejutkan oleh suara seorang perempuan sedang merintih dan mendesah-desah.
Suara itu datangnya dari arah sungai. Rohani merasa penasaran oleh suara-suara itu. Dia mendekati arah suara itu. Alangkah terkejutnya Rohani melihat pemandangan didepannya, yang membuat berdiri terpaku. Pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya langsung. Dimana, Mbak Afifah tetangganya, sedang mandi sambil meraba-raba buah dadanya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Rohani segera mencari tempat yang agak tersembunyi, mengintip Mbak Afifah. Mbak Afifah yang dalam keadaan telanjang bulat, tidak menyadari kalau didepannya seseorang sedang melihatnya dengan mata melotot dan jakun yang naik turun.
Wanita berusia 25 tahun, yang sudah setahun ditinggal suaminya menjadi TKI ini, semakin asyik meremas-remas buah dadanya.
“Akh.., ohh.., oohh.., ” desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulutnya, membuat Rohani semakin terpukau memandangnya. Rohani merasakan kemaluannya menegang dibalik celana dalamnya. Tanpa sadar dia menyusupkan tangan ke balik celana dalamnya. Rohani meraba-raba kemaluannya yang makin lama makin mengeras. Rohani semakin bernafsu saat Mbak Afifah, meraba-raba kemaluannya sendiri. Kemudian Mbak Afifah memasukkan jari-jarinya ke dalam kemaluannya. Dicucuk-cucuknya kemaluannya sendiri sambil mulutnya mendesah-desah. Membuat Rohani semakin tak kuat menahan nafsu birahinya.
Rohani melepaskan handuk dan celana dalamnya lalu mengeluarkan kemaluannya yang sudah berdiri tegak. Diraihnya kemaluannya, kemudian dikocok-kocoknya. Saat Rohani sedang asik mengocok-ngocok kemaluannya. Tanpa disadarinya Mbak Afifah telah berdiri tanpa busana didepannya.
“Kamu lagi ngapaain Rohani,” tanya Mbak Afifah.
“Maaf.., Mbak.., maaf,” sahut Rohani tergagap, tanpa melepaskan pandangan dari tubuh telanjang Mbak Afifah.
“Kamu lihat ini ya,” tanya Mbak Afifah sambil menunjuk kemaluannya. Rohani hanya diam, tak menyahut. Hatinya berdebar-debar melihat tatapan mata Mbak Afifah. “Kamu suka Rohani,” tanya Mbak Afifah sambil tersenyum. Tanpa menunggu jawabab Rohani, Mbak Afifah menggerakkan tangannya meraih kemaluan Rohani.
“Aow, kemaluanmu gede sekali Rohani, panjang lagi,” jerit Mbak Afifah. Mbak Afifah mengelus-elus lembut kemaluan Rohani dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya meraba-raba buah pelir Rohani. Rohani merasakan badannya panas dingin. Baru kali ini kemaluannya dipegang dan dielus-elus seorang wanita. Mbak Afifah yang sudah berpengalaman bersetubuh dengan laki-laki, sangat tahu kalau Rohani sangat menginginkannya. Tanpa melepaskan kocokkannya pada kemaluan Rohani, Mbak Afifah mendekatkan mulutnya ke mulut Rohani.
Perlahan dikecupnya bibir Rohani. Mbak Afifah membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya mengisi rongga mulut Rohani yang mulai terbuka. Rohani menyambutnya lumatan Mbak Afifah dengan pagutan yang hebat pula. Cukup lama mereka bercumbu. Mbak Afifah kemudian melepaskan lumatannya pada mulut Rohani. Kemudian dia menjilati leher Rohani. Rohani mendesah-desah merasakan nikmat. Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mbak Afifah kemudian menjilati dada Rohani lalu turun dan berhenti dibawah pusar Rohani. Cukup lama Mbak Afifah memainkan lidahnya di bawah pusar Rohani.
Kemudian Mbak Afifah berjongkok didepan Rohani. Mbak Afifah mendekatkan wajahnya keselangkangan Rohani. Mbak Afifah menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala kemaluan Rohani.
“Oohh.., Mbakk.., akh.., nik.. mat,” desah Rohani penuh nafsu, ketika lidah Mbak Afifah berputar dan menari-nari dikepala kemaluannya. Mbak Afifah semakin bernafsu menjilati kemaluan Rohani, dari kepala kemaluan sampai kepangkal dijilatinya. Tanpa sejengkalpun terlewatkan.
“Oohh.., Mbak.., Mbak.., enak,” jerit Rohani saat Mbak Afifah memasukkan kemaluan Rohani ke mulutnya. Kepala Mbak Afifah bergerak maju mundur mengulum kemaluan Rohani. Kemaluan Rohani disedotnya kuat-kuat sampai pipi Mbak Afifah kempot.
“Akhh.., truss.., Mbakk.., truss,” suara Rohani seperti mengigau keenakan. Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Afifah, menyudahi kulumannya. Kemudian dia membentangkan handuknya diatas rumput. Rohani disuruhnya tidur terlentang. Mbak Afifah kemudian berjongkok diatas selangkangan Rohani. Diraihnya batang kemaluan Rohani, dikocok-kocoknya sebentar lalu diarahkan tepat kelubang kemaluannya. Mbak Afifah mulai menurunkan pantatnya. Sedikit demi sedikit kemaluan Rohani memasuki lubang kemaluan Mbak Afifah. Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang kemaluannya amblas kelubang kemaluan Mbak Afifah. Rohani merasakan kemaluannya seperti dipijit-pijit. Baru pertama kali inilah kemaluannya masuk kelubang kemaluan wanita.
Nikmatnya luar biasa. Apalagi saat Mbak Afifah mulai menaik turunkan pantatnya, membuat kemaluan Rohani keluar masuk dari lubang kemaluannya. Kenikmatan yang sama juga dirasakan Mbak Afifah. Sudah setahun lebih dia tidak merasakan nikmatnya bersetubuh. Apalagi kemaluan Rohani jauh lebih besar dari kepunyaan suaminya.
“Ohh.., Rohani.., kemaluanmu.., enak banget,” desis Mbak Afifah. Mbak Afifah semakin bersemangat menaik turunkan pantatnya. Diselingi gerakkan berputar dan bergoyang ke kiri dan ke kanan. Rohani tak mau tinggal diam, pantatnya disodok-sodokkan ke atas dan ke bawah seirama gerakkan Mbak Afifah. Tangannya meremas-remas pantat Mbak Afifah. Sekitar empat puluh menit sudah mereka bersetubuh. Mbak Afifah semakin mempercepat gerakan pantatnya, ketika dirasakannya orgasmenya hampir sampai. Demikian juga Rohani semakin cepat dia menyodok-nyodokkan pantatnya.
“Ohh.., Rohani.., akuu.., mauu.., keluarr,” jerit Mbak Afifah.
“Akuu.., juga.., Mbakk,” sahut Rohani. “Keluarin di dalem aja Rohani, lebih enak,” pinta Mbak Afifah. Rohani mengaggukkan kepalanya, menyetujui permintaan Mbak Afifah. Beberapa detik kemudian tubuh mereka sama-sama mengejang, keringat mereka bercucuran. Dan hampir bersamaan, mereka berteriak lantang ,
” Aku.., keluarr.” Dan tumpahlah sperma Rohani yang cukup banyak dilubang kemaluan Mbak Afifah. Mbak Afifah kemudian dia turun dari tubuh Rohani, dan berjongkok disamping. Diraihnya kemaluan Rohani dan dikocok-kocoknya sebentar. Mbak Afifah mendekatkan kepalanya keselangkangan Rohani. Sambil tersenyum penuh arti, Mbak Afifah menjilati kemaluan Rohani. Sisa-sisa sperma dikemaluan Rohani dijilatinya sampai bersih. Setelah beristirahat sebentar, Mbak Afifah kemudian mengenakan pakaiannya. Membiarkan Rohani yang masih terlentang tanpa busana.
“Rohani, nanti malam ke rumahku ya, akan kulayani kamu sampai pagi,” bisik Mbak Afifah ditelinga Rohani. Rohani mengangguk, kemudian bangkit dan mengecup bibir Mbak Afifah dengan mesra.
“Makasih Mbak, Mbak telah memberiku pelajaran yang luar biasa. Sambil melangkah pergi, Mbak Afifah tersenyum bangga, telah berhasil meraih keperjakaan Rohani.
Rohani kemudian turun kesungai untuk membersihkan. Dia merasa bangga, karena hari ini dia mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Pengalaman pertama kali menikmati enaknya kemaluan wanita. Pengalaman yang sudah lama diidam-idamkannya. Malam harinya Rohani datang kerumah Mbak Afifah, memenuhi undangannya. Rohani berdiri didepan pintu rumah, lalu mengetuknya.
“Mbak, Mbak Afifah,” panggil Rohani.
“Masuk aja Rohani, nggak dikunci,” sahut Mbak Afifah dari dalam. Rohani kemudian masuk lalu mengunci pintu dari dalam. Dia melangkahkan kakinya mendekati kamar Mbak Afifah. Didalam kamar Mbak Afifah telah menunggunya. Saat Rohani memasuki kamar Mbak Afifah, didapatinya Mbak Afifah sedang duduk diatas ranjang tanpa mengenakan selembar benang. Kedua kakinya terbuka lebar-lebar. Mbak Afifah menyuruh Rohani mendekat dan berjongkok dilantai.
“Rohani, jilatin kemaluanku sayang,” pinta Mbak Afifah. Rohani menuruti permintaan Mbak Afifah. Dia lalu berjongkok dilatai. Wajahnya didekatkan keselangkangan Mbak Afifah. Lidahnya dijulurkan dan ditempelkan ke bibir kemaluan Mbak Afifah. Dan Rohani mulai menggerak-gerakkan lidahnya, menjilati bibir kemaluan Mbak Afifah.
“Ohh.., Rohani.., enakk.., truss.., truss,” desah Mbak Afifah keenakkan saat lidah Rohani memasuki lubang kemaluannya. Lidah Rohani menari-nari didalam kemaluan Mbak Afifah. Kelentit Mbak Afifah dicucuk-cucuk dan disedot-sedotnya. Pantat Mbak Afifah terangkat-angkat menerima jilatan Rohani. Bibirnya mendesis. Beritaseks.com Sesekali Rohani memindahkan jilatannya kelubang anus Mbak Afifah.
“Akhh.., akuu.., tak.., tahan.., Rohani,” desis Mbak Afifah sambil meraih kepala Rohani dan membenamkannya keselangkangannya. Beberapa menit berlalu, Rohani menyudahi jilatannya. Kemudian dia berdiri sambil melepaskan seluruh pakaiannya. Setelah semuanya terlepas, Rohani meraih kemaluannya yang sudah setengah tegang. Dikocok-kocoknya kemaluannya sendiri hingga tegang penuh. Setelah dirasa cukup Rohanipun menempelkan kemaluannya kelubang kemaluan Mbak Afifah. Didorongnya tubuh Mbak Afifah, hingga terlentang diranjang. Kedua kaki Mbak Afifah diangkat tinggi-tinggi, hingga ujung kaki Mbak Afifah berada diatas bahunya. Dengan sekali dorongan saja, kemaluan Rohani melesat masuk ke lubang kemaluan Mbak Afifah yang telah basah dan memerah.
“Aow Rohani, pelan-pelan sayang,” jerit Mbak Afifah. Tanpa menghiraukan jeritan Mbak Afifah, Rohani memaju mundurkan pantatnya, membuat kemaluannya keluar masuk dilubang kemaluan Mbak Afifah.
“Rohani.., teruss.., sayang.., sodok teruss,” pinta Mbak Afifah penuh nafsu. “Mbak.., enak.., banget.., Mbak,” sahut Rohani. Rohani semakin mempercepat sodokkannya ketika dirasakannya kemaluan Mbak Afifah berkedut-kedut, otot-otot kemaluan Mbak Afifah menegang dan menjepit kemaluannya. “Rohani,..akuu.., mauu.., ke., keluarr,” teriak Mbak Afifah. Beberapa menit kemudian Mbak Afifah menjerit sangat keras,
” Rohani.., akuu.., keluarr,”. Tubuh Mbak Afifah mengejang. Tangannya mencengkeram sprei dengan keras. Dan Mbak Afifahpun meraih orgasmenya. Cairan-cairan hangat merembes dari lubang kemaluannya. Membasahi kemaluan Rohani.
“Kamu belum keluar Rohani,” tanya Mbak Afifah beberapa saat setelah berhasil menguasai dirinya.
“Mbak akan puaskan kamu Rohani,” kata Mbak Afifah, sambil menarik tubuhnya. Mbak Afifah kemudian menungging, membelakangi Rohani, dengan kaki berpijak dilantai sementara tangannya mencengkeram tepi ranjang.
“Rohani, masukkin kemaluanmu keanusku,” perintah Mbak Afifah, sambil meraih kemaluan Rohani yang ada dibelakang pantatnya. Rohani memajukkan pantatnya, hingga kemaluannya menyentuh lubang anus Mbak Afifah. “Dorong Rohani, dorong,” pinta Mbak Afifah tak sabaran. Rohani menuruti kemauan Mbak Afifah, didorongnya pantatnya lebih maju. Dan sedikit demi sedikit batang kemaluannya memasuki lubang anus Mbak Afifah. Setelah seluruh batang kemaluannya masuk, Rohani mulai memaju mundurkan pantatnya. Sempitnya lubang anus Mbak Afifah menjepit kemaluan Rohani. Mbak Afifah mengimbangi gerakkan Rohani dengan menyodok-nyodokkan pantatnya, sambil mencucuk-cucuk kemaluannya sendiri. Rohani semakin bersemangat mendorong-dorong pantatnya, saat dirasakannya kemaluannya berkedut-kedut.
“Mbakk.., akuu.., mau., keluarr,” jerit Rohani dengan nafas terengah-engah.
“Aku juga Rohani, kita keluarin bareng Rohani,” sahut Mbak Afifah. Beberapa menit kemudian Rohani merasakan otot-ototnya menegang. Dan crot.. crot.. crot.. Rohani menumpahkan spermanya didalam lubang anus Mbak Afifah. Malam itu mereka bersetubuh sampai pagi. Sampai badan mereka kelelahan dan tertidur. Sejak saat itu, hampir setiap malam mereka menikmati persetubuhan. Rohani ketagihan atas pelayanan yang diberikan Mbak Afifah. Begitu juga Mbak Afifah sangat puas. Rasa kesepiannya yang telah setahun ditinggal suaminya, kini terobati. Nafsu birahinya yang meledak-ledak kini tersalurkan. Siang hari itu, Rohani pulang sekolah lebih awal dari biasanya. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil dia melangkah menuju rumahnya. Begitu membuka pintu rumahnya Rohani terkejut, pintu rumahnya tidak terkunci. Rohani merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dengan mengendap-endap Rohani masuk kedalam rumahnya. Samar-samar Rohani mendengar suara orang mendesah-desah diselingi rintihan-rintihan.
Rohani penasaran dibuatnya. Rohani berusaha mencari sumber suara-suara itu. Ketika dia mendekati kamar ibunya, suara-suara itu, semakin keras terdengar. Rohani menghentikan langkahnya didepan kamar ibunya. Suara itu semakin keras terdengar. Ibu lagi ngapain ya, pikirnya. Rasa ingin tahunya semakin kuat, Rohanipun mengintip dari lubang pintu. Alangkah terkejutnya Rohani, melihat pemandangan di dalam kamar ibunya. Didalam kamar, Bu Ani, ibunya sedang berdiri sambil memeluk tubuh Pak Kades. Tangan Bu Ani melingkar dipinggang Pak Kades. Sedangkan tangan Pak Kades sedang meremas-remas pantat Bu Ani, yang padat berisi. Tanpa melepaskan tangannya dari pantat Bu Ani, Pak Kades mencium pipi Bu Ani, kemudian menjulurkan lidahnya mengecup bibir Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya, menyambut kecupan Pak Kades dengan lumatan-lumatan yang tak kalah hebatnya.
Saking asiknya mereka bercumbu, tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengintip dengan hati yang panas. Bahkan percumbuan mereka makin panas saja. Beberapa saat berlalu, Pak Kades melepaskan lumatannya pada bibir Bu Ani. Tangannya kemudian bergerak melepaskan seluruh pakaian Bu Ani. Setelah semuanya terlepas, Pak Kades memandangi sebentar tubuh Bu Ani yang telanjang bulat sambil berdecak kagum. “Oh, luar biasa An, tubuhmu masih sexy,” puji Pak Kades. Bu Ani tersenyum mendengar pujian Pak Kades, sambil menggerakkan tangannya, melepaskan seluruh pakaian Pak Kades. Kini kedua insan berlainan jenis itu sama-sama telanjang bulat. Tanpa membuang waktu, Pak Kades menyuruh Bu Ani tidur terlentang diatas ranjang. Kemudian Pak Kades merangkak diatas tubuh Bu Ani dengan posisi sungsang. Selangkangan Pak Kades berada diatas wajah Bu Ani, begitu juga sebaliknya.
Wajah Pak Kades berada diatas selangkangan Bu Ani. Pak Kades membuka paha Bu Ani lebar-lebar, tangannya meraba-raba bibir kemaluan Bu Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Pak Kades mencucuk-cucuk lubang kemaluan Bu Ani dengan jari-jarinya.
“Ohh.., Mas.., enakk.., truss.., truss,” rintih Bu Ani saat Pak Kades mulai menjilati kemaluannya. Pak Kades menyedot-nyedot kelentit Bu Ani yang memerah dan basah. Pantat Bu Ani terangkat-angkat menyambut jilatan-jilatan Pak Kades pada lubang kemaluannya.
“Jilatin punyaku An,” pinta Pak Kades. Bu Ani menuruti saja permintan Pak Kades. Tangannya meraih kemaluan Pak Kades, yang sudah setengah tegang. Dikocok-kocoknya sebentar, kemudian diarahkannya kemulutnya. Pak Kades menurunkan pantatnya, hingga kemaluannya menyentuh mulut Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Bu Ani mulai menjilati kepala kemaluan Pak Kades. Lidahnya berputar-putar di kepala kemaluan Pak Kades kemudian turun kepangkal. Seluruh Batang kemaluan Pak Kades dijilatinya tanpa sejengkalpun terlewatkan.
“Ohh.., An.., nikmatt.., truss.., kulum.., truss,” desis Pak kades saat Bu Ani memasukkan kemaluan Pak Kades kemulutnya. Pak Kades menaik turunkan pantatnya, membuat kemaluannya keluar masuk dari mulut Bu Ani. Sesekali Bu Ani menggigit kemaluan Pak Kades. Pak Kades meringis dibuatnya. Beritaseks.com Sekitar dua puluh menit berlalu, Pak Kades merubah posisinya. Kini dia tidur terlentang diatas ranjang. Bu Ani disuruhnya naik keatas tubuhnya. Bu Ani mengikuti saja perintah Pak Kades.
Bu Ani berjongkok diatas selangkangan Pak Kades. Diraihnya kemaluan Pak Kades, dituntunnya kelubang kemaluannya. Setelah dirasa pas, Bu Ani mulai menurunkan pantatnya. Sedikit demi sedikit kemaluan Pak Kades masuk kelubang kemaluan Bu Ani. BU Ani terus menurunkan pantatnya sampai seluruh batang kemaluan Pak Kades amblas tertelan lubang kemaluannya. Kemudian Bu Ani menggerakkan pantatnya naik turun. dimulai dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat. Sesekali Bu Ani memutar-mutar pantatnya. Membuat kemaluan Pak Kades serasa dipelintir. Pak Kades tak mau ketinggalan. Dia menyodok-nyodokkan pantatnya mengimbangi gerakkan pantat Bu Ani. Rohani yang dari tadi mengintip ibunya sedang bersetubuh dengan Pak Kades, sedikit kagum melihat goyangan pantat ibunya diatas tubuh Pak Kades.
Nafsu birahinya bangkit. Dilepaskannya seluruh pakaian seragam sekolahnya. Setelah telanjang bulat, Rohani meraih kemaluannya. Dikocok-kocoknya kemaluannya sendiri sambil mengintip. Tak terasa sudah tiga puluh menit Bu Ani menggoyang-goyangkan pantatnya. Bu Ani semakin cepat menggenjot tubuh Pak Kades, saat dirasakannya orgasmenya sudah dekat. Demikian juga Pak Kades, sodokkan-sodokkan pantatnya semakin cepat.
“Ohh.., Mas.., akuu.., mauu.., keluarr,” jerit Bu Ani. “Akuu.., jugaa.., An.., ” sahut Pak Kades. Beberapa saat kemudian kedua insan yang sedang bersetubuh itu, merasakan otot-ototnya menegang. Diiringi teriakkan yang hampir bersamaan, tubuh mereka menggelepar. Pak Kades menyemprotkan spermanya didalam lubang kemaluan Bu Ani. Setelah menuntaskan birahinya, Bu Ani turun dari atas tubuh Pak kades, kemudian merebahkan tubuh dan tertidur disamping Pak Kades. Pak Kades kemudian bangkit dan mengenakan pakaian. Dipandanginya tubuh Bu Ani yang sedang tertidur pulas.
Dengan melompati jendela kamar, Pak Kades keluar dari kamar Bu Ani. Begitu Pak Kades keluar dari kamar ibunya, Rohani yang sudah dirasuki nafsu birahi, segera membuka kamar ibunya. Sambil mengocok-ngocok kemaluannya yang sudah tegang, Rohani memandangi wajah ibunya yang sedang tertidur pulas. Nafsu setan sudah merasuki diri Rohani. Tanpa berpikir panjang Rohani segera menindih tubuh ibunya. Kedua kaki ibunya, dibukanya lebar-lebar. Kemudian Rohani menggenggam kemaluannya dan diarahkan kelubang kemaluan ibunya. Dan Rohani mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit, sampai seluruh kemaluannya amblas tertelan lubang kemaluan ibunya. Saat Rohani mulai menggerakkan pantatnya naik turun, Bu Ani terbangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya dia, saat tahu Rohani, anak kandungnya sedang menyetubuhinya.
“Rohani, jangan Rohani, aku ibumu,” teriaknya berusaha berontak. Tapi sia-sia. Rohani terlalu kuat baginya. Dengan mudah Rohani meringkus ibunya. Rohani memegang erat-erat kedua tangan ibunya dan menyumpal mulut ibunya dengan mulutnya. Dengan buasnya Rohani melumat mulut ibunya. Bu Ani yang sudah kehabisan separuh tenaganya, sehabis bersetubuh dengan Pak Kades tadi tak kuasa melawan keberingasan anaknya. Perlawanannya mulai melemah. Sodokan-sodokan kemaluan Rohani pada lubang kemaluannya, pelan-pelan membangkitkan nafsu birahinya. Tanpa sadar Bu Ani mengimbangi gerakan pantat Rohani, dengan menyodok-nyodokkan pantatnya. Sambil meracau dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat jorok, yang seharusnya tidak keluar dari mulut seorang ibu. Rohani semakin bersemangat menggopyang-goyangkan pantatnya.
“Ohh, Rohani truss Rohani, entot ibu Rohani,” rintih Bu Ani merasakan nikmat. Rohani semakin cepat memompa kemaluan ibunya, ketika dirasakannya kemaluan ibunya berkedut-kedut. Otot-otot kemaluan ibunya menegang. Bu Ani mencakar-cakar punggung Rohani disertai teriakkan panjang.
“Rohani.., ibu.., keluarr,” jeritnya. Kemaluannya menjepit kemaluan Rohani dan tangannya menarik pantat Rohani, membuat kemaluan Rohani semakin terbenam di lubang kemaluannya. Dan akhirnya Bu Ani mencapai orgasmenya. Cairan hangat membasahi dinding kemaluannya. Rohani yang belum mencapai orgasmenya, membalikkan tubuh ibunya lalu menarik kaki ibunya hingga menjuntai ke lantai. Kemudian dia mendekatkan wajahnya kelubang anus ibunya. Rohani menjulurkan lidahnya menjilati lubang anus ibunya. Jilatan-jilatan Rohani membangkitkan lagi nafsu birahi ibunya. Bu Ani pasrah saja atas perlakuan anaknya.
Bu Ani menggelinjang, saat Rohani mencucuk-cucuk lubang anusnya. Tangannya bergerak kebelakang meraih kepala Rohani, membenamkannya dipantatnya. Puas menjilati anus ibunya, Rohani meraih kemaluannya. Dituntunnya kelubang anus ibunya. BU Ani berteriak kesakitan, saat Rohani memaksakan kemaluannya menembus lubang anusnya. Rasa panas dan perih pada dinding dan bibir anusnya tak tertahankan lagi. Bu Ani berusaha berontak menghindar, tetapi tangan Rohani yang menekan punggungnya, membuatnya tak berdaya. Rohani mulai mendorong dan menarik pantatnya memompa lubang anus ibunya. Tubuh Bu Ani terguncang-guncang oleh sodokkan-sodokkan anaknya.
Dia melolong menahan rasa sakit yang luar biasa. Dengan terus menyodomi ibunya, Rohani memeluk tubuh ibunya dari belakang dan meremas-remas buah dada ibunya. Nafasnya terengah-engah. Nafsu birahinya benar-benar tak terkendali.Saat mendekati puncak birahinya, Rohani mempercepat pompaanya. Diiringi lolongan panjang, Rohani menyemprotkan spermanya dilubang anus ibunya. Membasahi bibir dan dinding anus ibunya. Sesaat kemudian Rohani bangkit dan menyuruh ibunya duduk ditepi ranjang. Rohani menyodorkan kemaluannya kemulut ibunya. Meminta ibunya menjilati sisa-sisa spermanya.
Bu Ani menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan, menolak permintaan anaknya. Tapi Rohani tak kehabisan akal. Ditariknya kepala ibunya dan dibenamkan keselangkangannya lalu dipencetnya hidung ibunya. Membuat ibunya kesulitan bernafas dan terpaksa membuka mulutnya. Saat itulah Rohani langsung menyodokkan kemaluannya dan menjejalkan kemulut ibunya. “Ayo Bu, isep sampai bersih,” pinta Rohani. Dengan sangat terpaksa, dan menahan rasa jijik, Bu Ani mengulum kemaluan anaknya dan menjilati sisa-sisa sperma anaknya. Malam itu, Rohani memaksa ibunya melayani nafsu birahinya sampai pagi. Sampai dia benar-benar puas. Bu Ani tak kuasa menolak keinginan anaknya.Hari-hari berikutnya, Bu Ani menjadi budak nafsu anaknya. Dia harus selalu siap melayani nafsu birahi anaknya. Mula-mula Bu Ani melakukannya dengan terpaksa, tetapi lama-lama dia ketagihan juga disetubuhi anaknya.
Untuk menyambut datangnya Tahun Baru, dikampung Rohani diadakan bermacam-macam hiburan. Mulai dari wayang kulit sampai dangdut. Hiburan yang paling disenangi Rohani adalah dangdut, terutama goyangan erotis penyanyi wanitanya yang membangkitkan nafsu birahi. Saat malam Tahun baru tiba, sekitar jam 20.00 WIB, Rohani bergegas berangkat kelapangan bola menonton dangdut bersama teman akrabnya Joni. Jaraknya sekitar dua kilo dari tempat tinggal Rohani. Acara baru saja mulai ketika Rohani tiba disana. Namanya juga acara gratis, penontonnya banyak sekali. Saking asiknya menikmati pertunjukkan, Rohani tak sadar kalau temannya Joni tak ada lagi disampingnya. Rohanipun celingukan mencari Joni.
Saat mencari Joni, Rohani bertemu dengan Titi, anak Pak Kades.
“Ti, ada lihat Joni nggak?,” tanya Rohani.
“Nggak tuh, aku juga lagi cari Mbak Yuli, kamu ada lihat nggak?,” Titi balik bertanya.
“Ngga ada,” sahut Rohani pendek. “Rohani, tolong anterin aku pulang ya!,” pinta Titi.
“Ntar deh, acaranya lagi bagus nih,” sahut Rohani.
“Tolong dong Rohani, aku takut pulang nih,” rengek Titi. Lama-lama Rohani kasihan juga sama Titi. Dengan setengah hati Rohani mengantar Titi pulang. Untuk menuju rumah Titi yang berdekatan dengan rumah Rohani, mereka harus melewati sawah dan kebun yang cukup gelap. Saat melewati perkebunan, tiba-tiba pohon berderak keras, mengejutkan mereka. Tanpa sadar Titi memeluk tubuh Rohani. Rohani tentu saja tak menyia-nyiakan kesempatan. Dibalasnya pelukan Titi dengan dekapan yang erat. Rohani mendekatkan bibirnya kebibir Titi. Dikecupnya bibir gadis itu.
Tanpa diduga Titi membalas kecupan Rohani. Mulutnya terbuka menyambut lidah Rohani yang terjulur dan memasukkan kemulutnya. Merasa mendapat angin segar, Rohani menggerakkan tangan kirinya mengelus-elus punggung Titi, kemudian Rohani menyusupkan tangan kirinya kebalik kaos ketat Titi. Semakin lama semakin panas mereka bercumbu. Sesaat kemudian, Rohani menyudahi cumbuannya. Dibopongnya tubuh Titi yang sexy, ke sebuah rumah kosong tak jauh dari situ. Ketika sampai di rumah itu, dengan posisi berdiri sejajar, mereka bercumbu lagi, bahkan lebih panas lagi. Setelah berhasil melepaskan kaos dan BH Titi, Rohani meremas-remas pantat Titi yang montok. Membuat Titi menggerinjal-gerinjal merasakan nikmat. Titi memainkan tangannya kearah kemaluan Rohani yang sudah setengah tegang.
Dan kemaluan Rohani semakin tegang saja, saat Titi menyusupkan tangan kebalik celana dalam Rohani. Dan mengocok-ngocok kemaluan Rohani. Luar biasa nikmat yang dirasakan Rohani, dia sama sekali tidak menyangka. Titi yang masih belia, dan baru berumur 15 tahun, sangat lihai memainkan kemaluannya. Beberapa saat kemudian Rohani menghentikan cumbuannya. Kemudian dia berjongkok di depan Titi. Rohani menyibak rok mini yang dikenakan Titi dan merenggangkan kedua kaki gadis itu. Sesaat Rohani terpana memandang paha Titi yang putih mulus. Pangkalnya menggunduk dibungkus celana dalam transparan, sehingga samar-samar Rohani dapat melihat bentuk kemaluan Titi yang dihiasi bulu tipis kemerahan. Sambil menciumi dan menjilati pangkal paha Titi, Rohani menyusupkan tangannya ke balik celana dalam Titi. Meremas-remas kemaluan Titi. Titi mendesah-desah merasakan nikmat.
“Ohh.., Mas.., enakk.., truss,” desah Titi saat Rohani menjilati kemaluan dari balik celana dalam. Membuat Rohani semakin bersemangat menjilati kemaluan gadis itu. Sesaat kemudian Rohani melepaskan rok dan celana dalam Titi. Kini kemaluan Titi yang dihiasi bulu-bulu tipis terpampang di depan mata Rohani. Mata Rohani terbelalak melihat pemandangan di depannya yang begitu indah. Rohani menjulurkan lidahnya dan memainkannya dibibir kemaluan Titi. Sedikit demi sedikit mulai masuk kelubang kemaluan Titi. Rohani mencucuk-cucuk kemaluan Titi sambil meremas-remas pantat gadis belia itu. Saking nikmatnya, Titi mendorong maju pantatnya dan membenamkan kepala Rohani di selangkangannya. Beberapa saat kemudian Titi merasakan otot-otot kemaluannya menegang.
“Mas.., akuu.., tak tahan,” jerit Titi dibarengi dengan keluarnya cairan hangat yang merembes didinding kemaluannya. Titi telah mencapai orgasmenya. Setelah diam beberapa saat, Rohani kemudian berdiri. Sambil melepaskan seluruh pakaiannya, Rohani menyuruh Titi tidur terlentang dilantai beralaskan celana dan kaosnya. Titi menuruti saja perintah Rohani. Kemudian Rohani mengangkangi wajah Titi. kemaluannya yang sudah tegang penuh, disodorkan kemulut Titi. Titi membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Dia mulai menjilati kemaluan Rohani, dari kepala turun kepangkal. Buah pelir Rohani tak luput dari jilatannya.
“Oohh.., Tii.., enak.., banget,” desis Rohani menahan nikmat, saat Titi memasukkan kemaluan Rohani kemulutnya. Rohani memaju mundurkan pantatnya, membuat kemaluannya keluar masuk dari mulut Titi. Sekitar dua puluh menit Titi mengulum kemaluan Rohani yang besar dan panjang. Rohani kemudian mencabut kemaluannya dari mulut Titi. Kemudian Rohani berjongkok diselangkangan Titi. kemaluannya diarahkan tepat kelubang kemaluan Titi.
“Aow.., sakit.., Mas.., jangan,” pekik Titi saat kemaluan Rohani yang keras dan kaku mulai menembus lubang kemaluannya yang masih perawan. “Tahan Ti, lama-lama pasti enak,” sahut Rohani sambil terus mendorong maju pantatnya. Baru setengah batang kemaluannya masuk, Rohani menarik lagi kemudian mendorongnya lagi.
“Aow.., Mas.., ampun,” pekik Titi lebih keras, saat seluruh batang kemaluan Rohani masuk kelubang kemaluannya dan merobek selaput daranya. Darah segar mengalir dari lubang kemaluan Titi, merembes kesela-sela pahanya. Rohani tak menghiraukan jeritan Titi. Dengan sangat bernafsu Rohani menaik turunkan pantatnya. Setelah sepuluh menit Rohani menggoyang-goyangkan pantatnya, jeritan-jeritan Titi mulai melemah kemudian menghilang, berganti dengan desahan-desahan nikmat. Desahan-desahan dan jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulut Titi membuat Rohani semakin bersemangat menaik turunkan pantatnya. Tiga puluh menit berlalu, Titi menjepitkan kedua kakinya kepinggang Rohani. Pantatnya terangkat. Tampak Titi akan orgasme. Rohani juga merasakan hal yang sama, kemaluannya berkedut-kedut. Rohani mempercepat gerakkan pantatnya.
“Oohh.., sshh.., oohh,” pekik mereka hampir bersamaan. Tubuh keduanya menggelinjang hebat saat mencapai puncak kenikmatan. Rohani membiarkan kemaluannya terbenam beberapa saat dilubang kemaluan Titi, kemudian dia merebahkan tubuhnya disamping gadis itu. Sesaat kemudian mereka tertidur pulas. Sekitar satu jam tertidur, Rohani terbangun karena merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di selangkangannya. Rohani tersenyum ketika melihat Titi sedang mengocok batang kemaluannya. Pelan-pelan batang kemaluan Rohani mulai menegang. Ketika sudah tegang penuh, Titi menjilati, kemudian mengulum kemaluan Rohani.
“Truss.., Ti.., enakk.., nik.. matt,” desis Rohani tertahan, merasakan nikmatnya kuluman Titi pada batang kemaluannya. Selang beberapa menit, Titi menyudahi kulumannya. Kemudian Titi berjongkok diatas selangkangan Rohani. Tangan Titi meraih kemaluan Rohani dan mengarahkannya kelubang kemaluannya. Pelan-pelan Titi mulai menurunkan pantatnya dan sedikit demi sedikit batang kemaluan Rohani masuk kelubang kemaluannya. Rohani merasakan batang kemaluannya seperti dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang kemaluan Titi. Setelah seluruh batang kemaluan Rohani masuk kelubang kemaluannya, Titi segera menaik turunkan pantatnya. Mula-mula dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat.
Rohani mengimbangi gerakan pantat Titi dengan menyodok-nyodokkan pantatnya keatas. Seirama gerakkan pantat Titi. Beberapa saat berlalu, mereka berganti posisi. Rohani menyuruh Titi menungging, dengan tangan dan lutut bertumpu dilantai. Kemudian Rohani berlutut dibelakang pantat Titi. Rohani menggenggam kemaluannya lalu membimbingnya kelubang kemaluan Titi. Kedua tangan Rohani memegang pinggang Titi.
“Aow.., enakk.., nikmat,” desah Titi, saat Rohani mulai mendorong pantatnya dan mendorongnya dari belakang. Kedua buah dada Titi bergoyang-goyang seirama dorongan pantat Rohani.Desahan dan jeritan Titi semakin keras ketika Rohani semakin cepat memaju mundurkan pantatnya.
“Oohh.., Mas.., aku.., nggak kuat.., aku.., mau,” pekik Titi terputus-putus. Beberapa saat kemudian tubuh Titi terhentak-hentak hebat dan mengejang mencapai klimaks. Setelah Titi mencapai orgasmenya, Rohani mencabut batang kemaluannya dari lubang kemaluan Titi. Kemudian dia berlutut dibelakang Titi, lalu dia mendekatkan wajahnya kepantat Titi. Rohani menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati lubang anus Titi. Titi hanya diam menunggu dan tak mengerti apa yang akan dilakukan Rohani. Dia membiarkan saja ketika lidah Rohani mencucuk-cucuk lubang anusnya. Sekitar lima belas menit berlalu, Rohani menyudahi jilatannya pada lubang anus Titi. Kini dia berdiri dibelakang Titi dan mengusap-usapkan kepala kemaluannya kelubang anus Titi.
Titi menjerit keras menahan sakit saat Rohani mulai mendorong pantatnya dan batang kemaluannya memaksa masuk menembusi lubang anus Titi. Tanpa memperdulikan jeritan Titi Rohani terus mendorong pantatnya hingga seluruh batang kemaluannya amblas tertelan lubang anus Titi. Tanpa membuang waktu lagi Rohani langsung menggerakkan pantatnya maju mundur. Jeritan-jeritan Titi membuat Rohani semakin bernafsu dan semakin bersemangat menggerakkan pantatnya dengan irama yang semakin lama semakin cepat. Sekitar tiga puluh menit berlalu, Rohani merasakan orgasmenya sudah diambang pintu.
Dia menggerakkan pantatnya semakin cepat dan liar. Diiringi jeritan yang sangat panjang, Rohani mencapai orgasmenya. Dia menekankan pantatnya kuat-kuat dan mencengkeram erat pinggang Titi. Dia menyemburkan sperma yang cukup banyak di lubang anus Titi. Setelah menuntaskan orgasmenya, Rohani mencabut batang kemaluannya dan mendekatkannya ke wajah Titi. Sambil tersenyum Titi membuka mulutnya dan menjilati sisa-sisa sperma yang blepotan di kemaluan Rohani. Setelah beristirahat beberapa menit, mereka mengenakan pakaian masing-masing. Sekitar jam 24.00 WIb, Rohani mengantar Titi kerumahnya. Dalam perjalanan pulang, sambil memeluk erat pinggang Titi, Rohani tak henti-hentinya tersenyum. Senyum penuh kemenangan karena berhasil membobol perawan anak Pak Kades, orang terhormat dikampungnya.
ceritadewasa , cerita seks , film semi , cerita semi , nonton semi , seks, cerita seks, dewasa, cerita dewasa, detik, ceritasex68, majalah dewasa, kisah nyata, cerita dewasa abg, cerita dewasa perawan, cerita hot, cerita dewasa selingkuh, cerita panas, cerita sex, cerita sex bokep, cerita bokep, cerita sex tante, kisah mesum kisah seks, tante girang, Cerita 17 Tahun, Cerita Basah, Cerita Bokep, Cerita Daun Muda, Cerita Dewasa, Cerita Enak, Cerita Lendir, Cerita Ngentot, Cerita Ngewe, Cerita Porno, Cerita Sedarah, Cerita Seks, Cerita Selingkuh, Cerita Sex